Karyaku

Selasa, 17 April 2012

Senja, Peluk Aku!

Tara, entah sejak kapan ia duduk di teras rumah, termenung menatap langit yang mulai berubah warna. Tara adalah gadis berumur 16 tahun, dia cantik dan juga pintar, setiap kali hasil ulangan dibagikan, dialah satu-satunya orang yang sering dipuji oleh guru karena nilainya. Namun sayang, banyak teman-temannya yang tidak menyukainya.

Seorang teman sangat berharga bagi Tara. Fauzi, satu-satunya teman Tara yang selalu ada di sampingnya. Membela ketika Tara tengah dicaci maki oleh teman-temannya, orang yang memegang erat tangan Tara ketika Tara mulai merasa dunia tak menginginkannya lagi. Rumah Fauzi jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah Tara sehingga setiap pagi mereka berangkat ke sekolah bersama-sama.

Suatu hari, ketika bel pulang sekolah berbunyi, Fauzi menghampiri Tara,
“Tara, hari ini gue gak bisa nemenin lo pulang, ada rapat OSIS mendadak, gak papa kan?”
Fauzi memang bukan orang yang begitu pandai, tapi dia aktif dan cerdas.
“Oke no problem!” Jawab Tara dengan senyumnya yang melebar.
Di tengah perjalanan pulang, jalanan penuh dengan lumpur. Tiba-tiba dari belakang ada Jessica dan teman-temannya dengan mobilnya yang melaju kencang sehingga lumpur yang ada di jalanan itu mengenai seluruh tubuh Tara.
“Rasain lo! Makanya kalo jalan tuh di samping jangan ke tengah! Mau mati lo? Hah?” Jessica mengatai disusul dengan tawanya yang terbahak-bahak.
Tara terus berjalan tanpa terasa tetes demi tetes air matanya jatuh. Dia mendengus sedikit kesal, “Tuhan, salah apa aku ini?”

Setibanya di depan rumah Tara melihat ada sesuatu yang aneh di halaman rumahnya. Dia melihat ada bendera kuning. Dengan segera ia berlari ke dalam.
“Tante, ada apa ini? Siapa yang meninggal?”
Tantenya tidak menjawab, ia hanya menampakkan isak kesedihannya.
Tara menuju ke ruang tengah. Ia melihat ayahhnya tengah tertidur dengan kain putih di sekujur tubuhnya.
“Ayaaaaaaaaaah…….” Teriak Tara disusul tangisnya.
Tante Tara menghampirinya.
“Tante, apa yang terjadi pada Ayah?”
Tantenya mulai membuka mulut, lalu berkata “tadi serangan jantung ayahmu kambuh dan ketika Tante hendak membawanya ke rumah sakit, ia menghembuskan nafas terakhirnya, maafkan Tante, Tara! Tapi ayahmu sempat menitipkan pesan..”
“Apa pesannya Tante?” tak hentinya Tara mengalirkan air mata.
“Dia menitipkanmu padaku, dia memintaku untuk menjagamu, Tara” isak Tara semakin menjadi-jadi ketika Tante Tara berusaha memeluknya.

Ini kali keduanya Tara menangis terisak-isak dan hanyut dalam kesedihan yang mendalam, pertama kali ia merasakannya adalah ketika ia kehilangan sosok seorang ibu yang sangat ia cintai 3 tahun yang lalu. Dan hari ini ia merasa kenapa dunia begitu kejam, hingga kali ini, mulai detik ini ia harus menjalani kehidupan tanpa kedua orangtuanya.

Fauzi yang menerima berita bahwa Ayah Tara telah tiada, dengan spontan ia mengendarai motornya menuju rumah Tara. Waktu itu hari sudah sore. Fauzi melihat Tara tengah menangis di kursi teras depan rumahnya. Fauzi langsung menghampirinya.
“Tara lo yang sabar yaa, gue tau ini berat banget buat lo, tapi lo harus inget, di dunia ini gak ada yang abadi..”
“Fauzi…..”
Tara memeluk Fauzi, ia menangis dalam pelukan Fauzi, Fauzi membiarkannya hanyut dalam  kesedihan, agar esok hari, tak ada lagi kesedihan di mata dan hati Tara. Fauzi tidak suka melihat Tara menangis.
“Kecuali cintaku padamu, Tara. Kuharap ia akan selalu abadi, selamanya..” Teriak Fauzi dalam hati.
Mereka hanyut dalam pelukan hingga langit mulai berubah warna.

Minggu, 22 April 2012

Happy Earth Day 

Aku ngeri melihat bumi hari ini,
apapun yang aku dengar dahulu,
cerita warisan nenek moyang,
cerita para pelopor sejarah,
kini semua seperti ikut terbang bersama arah angin..

Bumi yang indah,
bumi yang sejuk,
bumi yang penuh cinta,
bahkan mungkin,
bumi yang didambakan setiap makhluk,
bumi yang diharapkan para bidadari tuk singgah..

Kini semua terasa buas,
semua terasa terlalu liar,
menebang sesuka hati,
membakar penuh percaya diri,
mengeksploitasi tanpa henti,
bahkan merusak dengan sempurna..

Siapa dia?
Siapa pelakunya?
Siapa perusak yang sesungguhnya?
Tidakkah kau merasa?
Tidakkah kau mengetahui?
Sesungguhnya manusialah penyumbang kebinasaan ini!

Gunung meletus,
atmosfer menipis,
banjir melanda setiap sudut kota,
gempa menggemparkan setiap harinya..

Mungkinkah bumi sudah tak tahan lagi?
Mungkinkah ia sudah muak pada perlakuan manusia hari ini?

Apa kita akan tetap tak peduli?
Apa kita akan tetap pura-pura buta?
Pura-pura tuli? Bisu?

Sesungguhnya kitalah yang harus menjaga bumi ini,
sesungguhnya kitalah yang harus memelihara dan melestarikan isinya..

Mari selamatkan bumi!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar